Sudahkah Kamu berbakti kepada Ibumu
Sudahkah Kamu berbakti kepada Ibumu - Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh rasa kasih sayang. Tidak boleh seorang anak walau d
Sudahkah Kamu berbakti kepada Ibumu? |
Sudahkah Kamu berbakti kepada Ibumu - Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh rasa kasih sayang. Tidak boleh seorang anak walau dia seorang professor, pendidikannya tinggi, seorang pengusaha sukses, wawasannya luas, hartanya berlimpah.
Walaupun pergalulannya luas sekali sehingga orang tuanya sendiri
kita anggap orang tua yang kolot, orang tua yang tradisional, orang tua yang
tidak banyak tau, orang tua yang tidak gaul, orang tua yang tidak update dan
lain sebagainya. sama sekali kita tidak boleh merasa lebih dari mereka.
Ketika
kita merasa lebih dari orang tua kita berarti itu menunjukan kebodohan kita
kepada Allah SWT. Allah tidak menyebut kita sebagai orang yang hikmah, sebagai
orang yang arif, orang yang bijaksana, orang yang berilmu kalau kita tidak bisa
merendahkan diri kita dihadapan orang tua kita bukan rendah hati bahkan kita harus rendah
diri di hadapan orang tua kita.
Orang yang cerdas itu bagi Allah adalah orang
yang rendah diri di hadapan bapak ibunya, dia merasa bahwa dia tidak lebih tahu
dari orang tuanya walaupun dia tahu lebih dari orang tuanya tetapi dia merasa
dia tidak lebih tahu dari orang tuanya.
Sehingga waktu orang tuanya berbicara
dia dapat menghargai smua perkataan orang tuanya dan tidak mengatakan AAAHHH itu gak
penting, dan apa yang diucapkan orang tuanya menurut dia sesuatu yang tidak
realistis aahh jaman udah berubah dan seterusnya,
Seterusnya, bahkan secara tidak
sengaja kadang kita mentertawakan ucapan orang tua kita. Kita mentertawakan
kekolotan orang tua kita yang kadang meraka tunjukkan dihadapan kita.
Bakti seperti apa ini?
Ketika kita bersama keluarga
kita. anak-anak kita yang udah pinter pegang gadget, istri kita yang ditangannya
selalu ada HP, sementara kita juga sibuk dengan pekerjaan kita, lalu... apa yang ada
ditangan ibu kita??
Foto anaknya, foto kita sewaktu masih kecil. Beliau rindu saat masa-masa beliau bisa memeluk anaknya yang sudah lama tidak memeluknya, tapi dalam
keadaan itu apakah pantas kita mentertawakan orang tua kita
SIAPA KITA?
Apakah kita menjadi sekarang ini tanpa ada pengorbanan dari mereka?
Rendahkan dirimu di hadapan orang
tuamu beserta kasih sayang, rendahkan dirimu dengan kasih sayang. Ingat
ungkapan surga d telapak kaki ibu, di hadapan Allah surga itu lebih rendah di
bandingkan seorang ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan.
Melahirkan kita dengan susah payah, menyusui kita, dan merawat kita. maka berbaktilah kepada ibumu dan ingatlah pengorbanan ibumu untukmu dan beliau tanpa pamrih dan tak mengharap balasan apapun darimu.
Tidak pantas seorang anak dengan kesombongan dia duduk di
atas dan ibunya di bawah, atau setidaknya dia duduk samarata dengan ibunya. Anak yang paling cerdas, yang
paling arif dan paling dicintai Allah itu justru duduk di bawah kaki ibunya.
Dia
manja kepada ibunya, dia memijit-mijit kaki ibunya yang dulu dimasa waktu
kecil kita, beliau lelah, bukan lelah diwaktu sekarang.
Mungkin sekarang beliau tidak merasa lelah
karena dia sudah tidak banyak pekerjaan, akan tetapi beliau sangat-sangat lelah ketika
membesarkan kita, maka kalau dulu kita tidak pernah memijit kakinya sekarang
kita balas kita memijit kaki ibu kita.
Kita Tanya ibu kita mau dipijit
dibagian pundak? Kaki? Atau di lengan?
Pasti beliau akan mengatakan tidak, tidak
usah. Dan kalaupun dia meminta maka bahagialah kita karena ibu kita menunjukkan apa
yang harus kita lakukan untuk beliau.
Maka berbahagialah yang masih mempunyai bapak dan ibu, dan apabila keadaan mereka dalam keadaan merepotkan (sepuh / tua) maka justru dalam
keadaan itu Allah membuka pintu surga lebar- lebar buat kita. Bersabarlah dalam
menghadapi orang tua kita walau mereka menyakiti kita dan jangan tunjukan itu
di hadapan mereka.